Rongko atau warangka yang merupakan pembungkus keris yang mempunyai nilai seni tinggi. Bahan pembuatannya untuk kayu, menggunakan kayu tertentu dan pilihan yang hanya ada didaerah tertentu. Tambahan penutup dari kuningan atau perak menambah nilai seni dari rongko ini.Ketrampilan membuat rongko inilah yang menjadi sumber penghasilan Subardi, warga Kerten, Imogiri, Imogiri Bantul.

Usaha yang bergerak di sektor kerajinan ini didirikan oleh Wardhani pada tahun 1996. Awalnya hanya memproduksi barang kerajinan dari tanah liat menjadi terrakota, untuk selanjutnya dikombinasikan dengan berbagai bahan sebagai pelapis. Produk utamanya adalah tempat lilin, piring buah dan vas bunga. Dalam perjalanan usaha, Wardhani pengembangkan jenis produknya dengan gelang batik dan tempat tissue gulung dari kayu yang dibubut, kotak pakaian, cermin, tatahan piring dan gelas dari kayu, bunga kering, hiasan lidi aren dan hiasan dari ranting bambu cendani.

Suparjilah, warga Pringgolayan, Banguntapan, Bantul yang wilayahnya dekat dengan Kotagede menekuni usaha perhiasan imitasi sejak 1980. Lingkungan Kotagede dimana banyak perajin perak menjadikan Suparjilah dan keluarganya turut menekuni kerajinan dengan model yang berbeda. Berbagai perhiasan imitasi untuk pengantin atau perlengkapan pentas setiap hari diproduksi Suparjilah.

Kelompok pemuda di Sendangsari, Terong, Bantul setiap harinya mengolah kayu menjadi aneka bentuk dan model. Kelompok dengan nama Krido Mudo ini telah menghasilkan puluhan produk berbahan kayu dan juga ukir kayu. Dengan produk unggulan miniatur hewan, kelompok ini juga memproduksi perabotan rumah tangga juga disukai konsumen.

Sentra batik pandak membawa pengaruh daerah sekitarnya seperti kecamatan Pajangan. Adalah Sri Suarsini dan Sudarmaji, warga Singosari, Pajangan yang menjadi produsen batik. Sudarmaji memulai usaha ini pada 2004 dengan nama Batik Maulana. Disamping pengaruh kawasan sentra batik pandak, orang tua mereka pun berkecimpung di usaha batik.

Dirintis oleh Mudiyar sejak 1980. Mulanya berbentuk CV, namun sejak gempa Yogya 2006 dimana seluruh aset perusahaan hancur, usaha ini berubah menjadi home industri. Geliat usaha segera membaik karena adanya pesanan yang datang dari buyer luar negeri. Namun saat itu ia sendiri sulit mendapat pekerja, karena mereka yang dulu bekerja padanya, juga terkena musibah sehingga sibuk memperbaiki rumahnya masing-masing. Akhirnya didatangkan 50 pekerja dari Kulon Progo yang walau harus melaluiproses pembelajaran selama 1 bulan, akhirnya juga menjadi trampil.

kerajinan gerabah telah lama dikenal sebagai produk kerajinan andalan bantul dengan sentranya kasongan dan panjangrejo. Gerabah ini pun menjadi sumber kehidupan keluarga Darsim, warga panjangrejo dengan usahanya Karya Baru. Darsim memulai usaha sejak 1997 yang dirintis oleh istrinya Kasiyem. Kasiyem belajar membuat gerabah yang kemudian menjadi usaha keluarga.

Kerajinan batu alam menjadi pilihan Dwi Nugroho, warga Cepit, Pendowoharjo, Sewon, Bantul sebagai sumber penghasilan keluarga. Dwi membanguan usaha yang diberi nama Ryandida Stone setelah sebelumnya bekerja selama 7 tahun dikerajinan patung batu. Dengan bekal pengalaman dan ketrampilan di bidang kerajinan batu, Dwi kemudian menjadikan kerajinan ini sebagai sumber penghasilan keluarganya.

Kerajinan dari bahan kaca mungkin sudah banyak dikenal. Namun dari potongan2 kaca, tidak banyak yang memproduksi. Tri Suwarno warga Jonggrangan Rt.05 memproduksi aneka barang kerajinan dari limbah kaca. Limba yang digunakan adalah limba dari usahanya sendiri yakni usaha pembuatan kusen pintu jendela dari alumunium dan pemasangan kaca pintu jendela. Demikian penjelasan Tri Suwarno ketika diwawancarai reporter bantulbiz.com di rumahnya Rabu (10/08/11)

Sanggar seni ini didirikan 1995 oleh Dahana di dusun Watu Gedog Goa Selarong Rt.02/31 desa Goasari, Pajangan, Bantul . Bergerak dalam bidang seni kerajinan kayu, Sanggar Diponegoro kini telah mampu menghasilkan lebih dari 100 jenis kerajinan. Namun yang menjadi unggulan adalah produk “Loro Blonyo” atau patung sepasang pengantin. Dalam proses finishingnya, loro blonyo dibatik atau disungging yakni diberi warna dengan cat, sebelum siap dijual. Demikian penjelasan Dahana saat diwawancarai reporter bantulbiz.com di workshopnya, Rabu (10/08/11).